PEMECAHAN MASALAH SECARA BERFIKIR KREATIF



PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pemecahan Masalah
           Pemecahan masalah merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan yang lebih tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan tersebut belum dapat tercapai.
   Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan demikian seseorang akan terpacu untuk mencapai tujuan tersebut dengan berbagai usaha atau cara. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan atau yang diartikan sebagai pengambilan solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan.
B.     Proses Pemecahan Masalah
Wessels (Woolfolk dan Nicolich, 2009:321) mengemukakan bahwa dalam pemecahan masalah ada 4 langkah ditempuh yaitu :

                     I.            Memahami masalah
Langkah pertama secara tepat masalah yang sedang dihadapi.
                  II.            Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka langkah berikutnya adalah menentukan rencana pemecahan yang akan dan mungkin dapat ditempuh
               III.            Memutuskan rencana
Pada tahap ini ditandai dengan pemilihan suatu rencana matang untuk memecahkan suatu masalah. Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti seseorang telah mempertimbangkan semua kemungkinan  dari masing-masing solusi yang ada dan memilih solusi yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.
               IV.            Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya
Mengevaluasi hasil tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah tercapai. Pada tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta, baik yang menguatkan maupun yang melemahkan pilihan-pilihan yang telah ada.


C.    Strategi Pemecahan Masalah
Suatu persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu tidak dapat diselesaikan dengan prosedur aigoriture. Untuk pemecahan masalah sesungguhnya seseorang harus menarik sejumlah ketetapan dari pengetahuan mereka sebelumnya. Kemudian menyimpulkan semuanya dalam suatu cara baru untuk mencapai suatu penyelesaian. Untuk itu diperlukan berbagai rencana yang dapat membantu mereka dalam memecahkan masalah.

D.    Teknik Pemecahan Masalah
(Admin, 2007) dalam proses berpikir kreatif untuk memecahkan suatu masalah, ada beberapa tahapan yang dilalui yaitu :
Tahap persiapan
Dalam masa persiapan, seorang pemikir atau kreator memformulasikan masalahnya dan fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah. Kadang-kadang meski telah lama berkonsentrasi, dalam masalah belum muncul juga kedalam benaknya.
Tahap inkubasi
Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang di hadapinya tersebut berarti dia telah memasuki tahap inkubasi
Tahap iluminasi
Pada tahap ini, pemikir mengalami insight yang seketika cara pemecahan masih mencul dengan sendirinya.
Tahap evaluasi
Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah tujuannya adalah untuk memikir apakah pemecahan masalah sudah tepat. Seringkali pemecahan masalah yang telah muncul secara tepat sehingga pemikir harus mulai dari awal tahapan.
Tahap revisi
Tahap ini ditempuh bila cara pemecahan masalah tersebut belum tepat atau mungkin masih memerlukan penyusuaian dan perbaikan pada beberapa aspek agar pemecahan masalah menjadi lebih tepat dan efektif.



E.     Pemecahan Masalah Kreatif
Pemecahan masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi. Pemecahan masalah adalah apa yang terjadi ketika respon rutin dan otomatis tidak sesuai dengan kondisi yang ada (Woolfolk & Nicholich, 2004:320).
        Santrock (2005:356) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum tercapai (belum tersedia). Sementara itu, Davidoff (1988:379) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan menggunakan berbagai cara.
Hunsacker (Lasmahadi, 2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decisionmaking), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Munandar (Rosalina, 2008) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada.
Pemecahan masalah secara kreatif merupakan upaya pemecahan suatu masalah dengan menggunakan cara-cara yang kreatif dan revolusioner (mengkombinasikan berbagai teknik dan metode), sehingga hasilnya lebih signifikan. Cara-cara kreatif dimaksud merupakan cara atau metode yang baru dan komprehensif dan cenderung eksentrik. Metode demikian merupakan suatu penjabaran dari metode-metode yang telah ada sekaligus sebagai upgrading dari metode-metode yang telah ada.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran (mindset) yang menerobos kleaziman paradigma tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah kreatif merupakan upaya pemecahan masalah dengan metode (cara) yang efektif dan komprehensif.

1.      BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF
Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Berpikir merupakan bagian yang paling penting, dengan berpikir kita dapat lebih mudah mengetahui berbagai masalah hidup dalam proses menghasilkan suatu masalah, kita saling berpikir dengan cara berbeda-beda.
Berpikir kreatif merupakan suatu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan lebih mudah melihat persoalanyang lebih banyak. Pasalnya : seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif penyesaian masalah.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran (mindset) yang menerobos kelaziman paradigma tertentu.
Pentingnya Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Berpikir kreatif dapat menolong seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan kemampuan pemecahan masalahnya (Evan, J. R., 1991), sebaliknya pemecahan masalah  dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Briggs, M. dan Davis, S., 2008). Kretivitas merupakan bentuk yang paling tinggi dari fungsi mental (Lang dan Evans, D. N. 2006). Hambatan untuk berpikir kreatif yang sering menghantui pemikiran siswa adalah ketakutan-ketakutan sosial, takut berbuat salah, kurang percaya diri, atau meyakini  bahwa mereka tidak kreatif (Lang dan Evans, D. N. 2006).
Munandar (1999), menjelaskan mengapa berpikir kreatif atau kreatifitas penting dalam hidup. Antara lain, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Hal ini diperkuat oleh Maslow 1968 (dalam Munandar S 1999), bahwa kreatifitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini berarti ia berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan dengan demikian memperkaya hidupnya.
Selain itu, kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Karena itu, pemikiran kreatif perlu dilatih agar seseorang mampu berpikir lancar (fluency) dan luwes (flexibility), mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan bebagai ide. Memiliki pikiran yang kreatif dapat memberikan kepuasan kepada individu. Kita dapat mengamati anak-anak yang sedang bermain bongkar-pasang, pada saat mereka menghasilkan suatu kombinasi baru, dengan bangganya mereka mempertunjukkan kepada orang-orang di sekitarnya.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era globalisasi ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dalam anggota masyarakatnya. Untuk mencapai itu perlulah sikap dan prilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan  pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja tetapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. Disamping itu, berpikir kreatif dan kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal (Johnson, E.B., 2002).
Terkait dengan  pemecahan masalah, The National Council of Supervisors of Mathematics (NCSM) menyatakan “belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama untuk mempelajari matematika” (NCSM, Position Paper on Basic Mathematics Skills, 1977). Dengan kata lain, pemecahan masalah merupakan sumbu dari proses-proses matematis. Pernyataan tersebut sampai saat ini masih konsisten, dan bahkan menjadi suatu persoalan yang makin kuat. The National Council of  Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan dengan tegas dalam Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000), bahwa “Pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar matematika tetapi juga merupakan alat utama untuk melakukannya.”
Pemecahan masalah bukanlah sekedar suatu skil untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga skil yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian atau situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian membantu seseorang secara baik selama hidupnya. Pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada seseorang untuk membuat koneksi dengan pengetahuan mereka sebelumnya dan membuat keputusan tentang representasi, alat, dan strategi komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Untuk bisa menjadi pemecah masalah yang handal dalam matematika, seseorang harus memahami konsep dan mampu melihat matematika sebagai sesuatu yang saling berkaitan secara utuh.
Bentley (dalam McGregor 2007) menambahkan bahwa pemecahan masalah dapat membantu seseorang untuk berfikir fleksibel dan dapat mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Gagne (1970) mengemukakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan dan mengembangkan intelektual tingkat tinggi (dalam Jica, 2001).
Dalam Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran matematika di sekolah, antara lain: (1) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan. (2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. (3) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran matematika di atas, mengisyaratkan bahwa apa pun topik matematika yang diajarkan oleh guru, baik itu aljabar, aritmetika, geometri, statistika, maupun kalkulus, mesti memberikan kontribusi untuk pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas kreatif.
Proses Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Menyadari akan pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah, sdirasakan perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang dapat memberi peluang dan mendorong seseorang untuk melatihkan kemampuan kemampuan tersebut. Metode dan teknik-teknik kreatif membantu peserta didik untuk berpikir dan mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam ide dan macam-macam jawaban dari suatu masalah dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Kreativitas pembelajaran matematika yang mudah dan menyenangkan perlu terus dikembangkan. Karena itu, matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga siswa senang.  Treffinger dan Feldhusen (1998, dalam Treffinger dan Isaksen, 2001), mengusulkan suatu model pembelajaran yang sistematis untuk mengajar kreativitas, sebagai berikut:
Tiga komponen model ini adalah mengajarkan pondasi alat-alat untuk membangkitkan atau memfokuskan pada option, membimbing siswa dalam bekerja pada tugas-tugas realistik, dan menangani masalah-masalah menantang yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Komponen-komponen pembelajaran ini juga dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan yang mendukung berpikir produktif, mengembangkan keterampilan metakognitif, dan memperhatikan pilihan gaya serta karakteristik siswa (Treffinger dan Isaksen, 2001).
Disamping itu, hasil penelitian Haji (2005) pada siswa kelas III SDPN Setiabudi UPI menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pemahaman siswa yang diajar dengan pendekatan matematika realistik secara signifikan lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan biasa.
Dengan memperhatikan model, teknik-teknik, dan hasil penelitian di atas, maka semakin kuat bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.
PMR mempunyai lima karakteristik yaitu: (1) menggunakan  masalah kontekstual (dunia nyata) sebagai titik tolak belajar matematika; (2) menggunakan model, situasi, skema dan symbol-simbol yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus; (3) menggunakan kontribusi siswa (sumbangan pemikiran dari siswa), sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan menkonstruk sendiri (yang mungkin berupa algoritma, atau strategi penyelesaian siswa), sehingga dapat membimbing para siswa dari  level matematika informal  menuju matematika formal; (4) menggunakan metode interaktif dalam belajar matematika dan (5) mengaitkan sesama topik dalam matematika .
Perlu diingat bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi. Yang lebih penting di sini adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam konteks, dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara matematis.




Keterkaitan Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Terdapat keterkaitan antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Keterkaitan itu dapat dilihat dari beberapa definisi kemampuan berpikir kreatif. Misalnya, Hwang et al (2007) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif sebagai keterampilan kognitif untuk memberikan solusi terhadap suatu masalah ataumembuat sesuatu yang bermanfaat atau sesuatu yang baru dari hal yang biasa. Menurut Shapiro (Nakin, 2003), kemampuan berpikir kreatif sebagai proses asosiasidan sintesis berbagai konsep yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.Sedangkan Krutetski (Park, 2004) memandang berpikir kreatif sebagai suatu pendekatan untuk menemukan solusi masalah dengan cara yang mudah dan fleksibel. Tampak bahwa ketiga definisi di atas memandang berpikir kreatif sebagai kemampuan pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin (2003) memandang berpikir kreatif sebagai proses pemecahan masalah.
Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah dikemukakan Treffinger (Alexander, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk memecahankan masalah, khususnya masalah kompleks. Hal demikian dapat dipahami karena menurut Wheeler et al(Alexander,2007) tanpa kemampuan berpikir kreatif, individu sulit mengembangkan kemampuan imajinatifnya sehingga kurang mampu melihat berbagai alternatif solusi masalah. Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir kreatif memungkinkan seorang individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang akan diselesaikan.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al (2004). Berdasarkan penelitiannya yang berjudul Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving Using a MultimediaWhiteboard, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah.
Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif sangat berperan dalam mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai metode, dan mengeksplorasi alternatif solusi. Berbagai alternatif metode atau solusi tersebut harus dianalisis dan dievaluasi untuk selanjutnya diimplementasikan. Solusi yang diperoleh juga perlu diverifikasi kesesuainnya dengan masalah yang diketahui. Proses demikian merupakan karakteristik proses berpikir kritis. Dengan demikian, selain kemampuan berpikir kreatif, aktivitas keberhasilan pemecahan masalah juga mempersyaratkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Harris (1998), kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan kemampuan esensial dalam aktivitas pemecahan masalah. Bahkan lebih jauh ia menyatakan bahwa kedua kemampuan ini juga merupakan kemampuan esensial untuk sukses dalam dunia atau kehidupan kerja.
Menurut Harris (1998), berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen logis, mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan memfokuskan pada jawaban yang paling tepat. Sedangkan berpikir kreatif memfokuskan pada eksplorasi 10 berbagai ide, memperhatikan kemungkinan-kemungkinan, menghasilkan berbagai alternatif jawaban dari pada hanya memfokuskan pada satu jawaban. Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan saling bergantian perannya dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif  diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah, dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan, dan memilih di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan untuk selanjutnya di implementasikan, dan akhirnya mengevaluasi efektivitas solusi tersebut.
Sebagaimana dikemukakan di depan, kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang dalam ruang hampa, melainkan memerlukan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan tersebut menurut Isaksen (Alexander, 2007) dapat berupakonteks, tempat, situasi, iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat McIntosh (2000) bahwa pemecahan masalah dapat dipandang atau berperan sebagai konteks. Pentingnya pemecahan masalah dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif juga dikemukakan Robinson (McGregor, 2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif memerlukan aktivitas (doing something). Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas pemecahan masalah. Menurut Alexander (2007), aktivitas pemecahan masalah yang dirancang dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaska noleh Pehnoken (1997) bahwa aktivitas pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan kognitif umum yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut pemecahan masalah kreatif (Creative Problem Solving). Proses pemecahan masalah kreatif (CPS)dikembangkan oleh Isaksen, Dorval, dan Treffinger (Hwang et al, 2007) yang terdiri atas 4 langkah, yaitu :

1.      memahami masalah, yang mempunyai tiga tahapan, yaitu:
mengekspresikan atau mengidentifikasi masalah,
mengeksplorasi data, yaitu menginvestigasi latar belakang masalah; dan
membuat kerangka masalah, yaitu mengidentifikasi masalah secara eksplisit,
2.      membangun atau menghasilkan ide-ide, yaitu mengumpulkan dan mengembangkan berbagai ide yang relevan;
3.      mempersiapkan tindakan atau aksi, yaitu mengembangkan penerimaan atau dukungan, yaitu mengidentifiksi secara detail langkah-langkah solusi; dan
4.      merencanakan pendekatan mempunyai dua tahapan, yaitu penilaian atau penaksiran tugas, yaitu menilai kesesuaian metode dan mendesain proses, yaitu menyempurnakan metode solusi secara detail. Osborn (Hwang et al, 2007) juga memberikan 4 panduan bagi guru terkait kegiatan pemecahan masalah kreatif, yaitu mendorong munculnya banyak ide, menerima ide-ide yang tampak asing, mengembangkan ide-ide, tetapi tidak secara langsung mengkritisinya ketika siswa mempresentasikannya.

Meskipun aktivitas pemecahan masalah berfungsi sebagai konteks dan wahana bagi tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah belum tentu mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock (Mann,2005), dengan menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui, individu dapat secara sistematis menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu kreatif karena tidak mengeksplorasi dan mengelaborasi pemahamannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDAS DAN BERBUDI LUHUR

MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG POLA TIDUR