PEMECAHAN MASALAH SECARA BERFIKIR KREATIF
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan salah satu
upaya untuk mendapatkan yang lebih tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan
tersebut belum dapat tercapai.
Seseorang yang menghadapi satu tujuan
akan menghadapi persoalan dan dengan demikian seseorang akan terpacu untuk
mencapai tujuan tersebut dengan berbagai usaha atau cara. Salah satu bagian
dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan atau yang diartikan sebagai pengambilan
solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil dari
pemecahan masalah yang dilakukan.
B.
Proses Pemecahan Masalah
Wessels (Woolfolk dan Nicolich, 2009:321) mengemukakan bahwa dalam
pemecahan masalah ada 4 langkah ditempuh yaitu :
I.
Memahami masalah
Langkah pertama secara tepat masalah yang sedang
dihadapi.
II.
Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi,
maka langkah berikutnya adalah menentukan rencana pemecahan yang akan dan
mungkin dapat ditempuh
III.
Memutuskan rencana
Pada tahap ini
ditandai dengan pemilihan suatu rencana matang untuk memecahkan suatu masalah.
Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti seseorang telah mempertimbangkan
semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan memilih solusi
yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.
IV.
Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya
Mengevaluasi
hasil tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah tercapai. Pada
tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta, baik yang menguatkan maupun
yang melemahkan pilihan-pilihan yang telah ada.
C.
Strategi Pemecahan Masalah
Suatu persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu tidak
dapat diselesaikan dengan prosedur aigoriture. Untuk pemecahan masalah sesungguhnya
seseorang harus menarik sejumlah ketetapan dari pengetahuan mereka sebelumnya.
Kemudian menyimpulkan semuanya dalam suatu cara baru untuk mencapai suatu
penyelesaian. Untuk itu diperlukan berbagai rencana yang dapat membantu mereka
dalam memecahkan masalah.
D.
Teknik Pemecahan Masalah
(Admin, 2007) dalam proses berpikir kreatif untuk memecahkan suatu masalah,
ada beberapa tahapan yang dilalui yaitu :
Tahap persiapan
Dalam masa persiapan, seorang pemikir atau kreator memformulasikan
masalahnya dan fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah.
Kadang-kadang meski telah lama berkonsentrasi, dalam masalah belum muncul juga
kedalam benaknya.
Tahap inkubasi
Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang di
hadapinya tersebut berarti dia telah memasuki tahap inkubasi
Tahap iluminasi
Pada tahap ini, pemikir mengalami insight yang seketika cara pemecahan
masih mencul dengan sendirinya.
Tahap evaluasi
Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah tujuannya adalah untuk
memikir apakah pemecahan masalah sudah tepat. Seringkali pemecahan masalah yang
telah muncul secara tepat sehingga pemikir harus mulai dari awal tahapan.
Tahap revisi
Tahap ini ditempuh bila cara pemecahan masalah tersebut belum tepat atau
mungkin masih memerlukan penyusuaian dan perbaikan pada beberapa aspek agar
pemecahan masalah menjadi lebih tepat dan efektif.
E.
Pemecahan Masalah Kreatif
Pemecahan masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi
peraturan yang dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi. Pemecahan
masalah adalah apa yang terjadi ketika respon rutin dan otomatis tidak sesuai
dengan kondisi yang ada (Woolfolk & Nicholich, 2004:320).
Santrock (2005:356) mengemukakan bahwa
pemecahan masalah merupakan upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam
mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum tercapai (belum tersedia).
Sementara itu, Davidoff (1988:379) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah
suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya.
Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan
demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan menggunakan berbagai
cara.
Hunsacker (Lasmahadi, 2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan
suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara
hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses
pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decisionmaking), yang
didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang
tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas
hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Munandar (Rosalina, 2008)
mengatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi atau unsur-unsur yang ada.
Pemecahan masalah secara kreatif merupakan upaya pemecahan suatu masalah
dengan menggunakan cara-cara yang kreatif dan revolusioner (mengkombinasikan
berbagai teknik dan metode), sehingga hasilnya lebih signifikan. Cara-cara
kreatif dimaksud merupakan cara atau metode yang baru dan komprehensif dan
cenderung eksentrik. Metode demikian merupakan suatu penjabaran dari
metode-metode yang telah ada sekaligus sebagai upgrading dari
metode-metode yang telah ada.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk
pemikiran (mindset) yang menerobos kleaziman paradigma tertentu. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah kreatif merupakan upaya
pemecahan masalah dengan metode (cara) yang efektif dan komprehensif.
1. BERPIKIR DAN
PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF
Proses Berpikir
Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah.
Berpikir merupakan bagian yang paling penting, dengan berpikir kita dapat lebih
mudah mengetahui berbagai masalah hidup dalam proses menghasilkan suatu
masalah, kita saling berpikir dengan cara berbeda-beda.
Berpikir kreatif merupakan suatu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu
seseorang akan lebih mudah melihat persoalanyang lebih banyak. Pasalnya :
seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif penyesaian
masalah.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk
pemikiran (mindset) yang menerobos kelaziman paradigma tertentu.
Pentingnya
Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Berpikir kreatif dapat menolong seseorang untuk meningkatkan kualitas dan
keefektifan kemampuan pemecahan masalahnya (Evan, J. R., 1991), sebaliknya pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Briggs, M. dan
Davis, S., 2008). Kretivitas merupakan bentuk yang paling tinggi dari fungsi
mental (Lang dan Evans, D. N. 2006). Hambatan untuk berpikir kreatif yang
sering menghantui pemikiran siswa adalah ketakutan-ketakutan sosial, takut
berbuat salah, kurang percaya diri, atau meyakini bahwa mereka tidak
kreatif (Lang dan Evans, D. N. 2006).
Munandar (1999), menjelaskan mengapa berpikir kreatif atau kreatifitas
penting dalam hidup. Antara lain, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup
manusia. Hal ini diperkuat oleh Maslow 1968 (dalam Munandar S 1999), bahwa
kreatifitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam
perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang bebas dari hambatan-hambatan,
dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini berarti ia berhasil mengembangkan dan
menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan dengan demikian memperkaya
hidupnya.
Selain itu, kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Karena itu,
pemikiran kreatif perlu dilatih agar seseorang mampu berpikir lancar (fluency) dan luwes (flexibility),
mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan bebagai
ide. Memiliki pikiran yang kreatif dapat memberikan kepuasan kepada individu.
Kita dapat mengamati anak-anak yang sedang bermain bongkar-pasang, pada saat
mereka menghasilkan suatu kombinasi baru, dengan bangganya mereka
mempertunjukkan kepada orang-orang di sekitarnya.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era
globalisasi ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat
dan negara kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru,
penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dalam anggota masyarakatnya. Untuk
mencapai itu perlulah sikap dan prilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak
didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu
menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja tetapi mampu
menciptakan lapangan pekerjaan baru. Disamping itu, berpikir kreatif dan kritis
memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi
berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan
inovatif, dan merancang solusi orisinal (Johnson, E.B., 2002).
Terkait dengan pemecahan masalah, The National Council of Supervisors
of Mathematics (NCSM) menyatakan “belajar menyelesaikan masalah adalah alasan
utama untuk mempelajari matematika” (NCSM, Position Paper on Basic
Mathematics Skills, 1977). Dengan kata lain, pemecahan masalah merupakan
sumbu dari proses-proses matematis. Pernyataan tersebut sampai saat ini masih
konsisten, dan bahkan menjadi suatu persoalan yang makin kuat. The
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan
dengan tegas dalam Principles and Standards for School Mathematics (NCTM,
2000), bahwa “Pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar
matematika tetapi juga merupakan alat utama untuk melakukannya.”
Pemecahan masalah bukanlah sekedar suatu skil untuk diajarkan dan digunakan
dalam matematika tetapi juga skil yang akan dibawa pada masalah-masalah
keseharian atau situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian membantu
seseorang secara baik selama hidupnya. Pemecahan masalah memberikan kesempatan
kepada seseorang untuk membuat
koneksi dengan pengetahuan mereka sebelumnya dan membuat keputusan tentang
representasi, alat, dan strategi komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Untuk bisa menjadi pemecah masalah yang handal dalam matematika, seseorang harus memahami
konsep dan mampu melihat matematika sebagai sesuatu yang saling berkaitan
secara utuh.
Bentley (dalam McGregor 2007) menambahkan bahwa pemecahan masalah dapat
membantu seseorang untuk berfikir
fleksibel dan dapat mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi
tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Gagne (1970) mengemukakan
bahwa pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan dan mengembangkan
intelektual tingkat tinggi (dalam Jica, 2001).
Dalam Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran matematika di
sekolah, antara lain: (1) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan. (2) Mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah. (3) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran matematika di atas, mengisyaratkan bahwa apa pun topik
matematika yang diajarkan oleh guru, baik itu aljabar, aritmetika, geometri,
statistika, maupun kalkulus, mesti memberikan kontribusi untuk pengembangan
kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas kreatif.
Proses Mengembangkan Proses Berpikir
Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Menyadari akan pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah,
sdirasakan perlu
mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang dapat
memberi peluang dan mendorong seseorang untuk melatihkan kemampuan kemampuan tersebut. Metode
dan teknik-teknik kreatif membantu peserta didik untuk berpikir dan
mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam ide dan
macam-macam jawaban dari suatu masalah dan sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Kreativitas pembelajaran matematika yang mudah dan menyenangkan perlu terus
dikembangkan. Karena itu, matematika mesti diajarkan secara menarik dan
terhubung dengan dunia nyata sehingga siswa senang. Treffinger dan
Feldhusen (1998, dalam Treffinger dan Isaksen, 2001), mengusulkan suatu model
pembelajaran yang sistematis untuk mengajar kreativitas, sebagai berikut:
Tiga komponen model ini adalah mengajarkan pondasi alat-alat untuk
membangkitkan atau memfokuskan pada option, membimbing siswa dalam bekerja pada
tugas-tugas realistik, dan menangani masalah-masalah menantang yang berhubungan
dengan kehidupan nyata. Komponen-komponen pembelajaran ini juga dipengaruhi
oleh konteks atau lingkungan yang mendukung berpikir produktif, mengembangkan
keterampilan metakognitif, dan memperhatikan pilihan gaya serta karakteristik
siswa (Treffinger dan Isaksen, 2001).
Disamping itu, hasil penelitian Haji (2005) pada siswa kelas III SDPN
Setiabudi UPI menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pemahaman
siswa yang diajar dengan pendekatan matematika realistik secara signifikan
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan biasa.
Dengan memperhatikan model, teknik-teknik, dan hasil penelitian di atas,
maka semakin kuat bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik merupakan
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif dan pemecahan masalah.
PMR mempunyai lima karakteristik yaitu: (1) menggunakan masalah
kontekstual (dunia nyata) sebagai titik tolak belajar matematika; (2)
menggunakan model, situasi, skema dan symbol-simbol yang
menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau
rumus; (3) menggunakan kontribusi siswa (sumbangan pemikiran
dari siswa), sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan
produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan menkonstruk sendiri (yang
mungkin berupa algoritma, atau strategi penyelesaian siswa), sehingga dapat
membimbing para siswa dari level matematika informal menuju
matematika formal; (4) menggunakan metode interaktif dalam
belajar matematika dan (5) mengaitkan sesama topik dalam
matematika .
Perlu diingat bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi. Yang
lebih penting di sini adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam
konteks, dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara matematis.
Keterkaitan Berpikir Dan Pemecahan
Masalah Secara Kreatif
Terdapat keterkaitan antara berpikir kreatif dan pemecahan
masalah. Keterkaitan itu dapat dilihat dari beberapa definisi kemampuan
berpikir kreatif. Misalnya, Hwang et al (2007) mendefinisikan
kemampuan berpikir kreatif sebagai keterampilan kognitif untuk memberikan solusi terhadap
suatu masalah ataumembuat sesuatu yang bermanfaat atau sesuatu yang baru dari
hal yang biasa. Menurut Shapiro (Nakin, 2003), kemampuan berpikir kreatif
sebagai proses asosiasidan sintesis berbagai konsep yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.Sedangkan Krutetski (Park, 2004) memandang berpikir kreatif
sebagai suatu pendekatan untuk menemukan solusi masalah dengan cara yang mudah
dan fleksibel. Tampak bahwa ketiga definisi di atas memandang berpikir kreatif
sebagai kemampuan pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin (2003)
memandang berpikir kreatif sebagai proses pemecahan masalah.
Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah
dikemukakan Treffinger (Alexander, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif diperlukan untuk memecahankan masalah, khususnya masalah
kompleks. Hal demikian dapat dipahami karena menurut Wheeler et al(Alexander,2007)
tanpa kemampuan berpikir kreatif, individu sulit mengembangkan kemampuan
imajinatifnya sehingga kurang mampu melihat berbagai alternatif solusi masalah.
Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir kreatif memungkinkan seorang
individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif sehingga
memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang akan diselesaikan.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah ditunjukkan oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hwang et al (2004). Berdasarkan penelitiannya
yang berjudul Multiple Representation Skills and Creativity Effects on
Mathematical Problem Solving Using a MultimediaWhiteboard, mereka
menyimpulkan bahwa kemampuan elaborasi, yang merupakan salah satu komponen
berpikir kreatif, merupakan faktor kunci yang menstimulasi siswa untuk
mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. Kemampuan
berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah.
Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif sangat
berperan dalam mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai metode, dan
mengeksplorasi alternatif solusi. Berbagai alternatif metode atau solusi
tersebut harus dianalisis dan dievaluasi untuk selanjutnya diimplementasikan.
Solusi yang diperoleh juga perlu diverifikasi kesesuainnya dengan masalah yang
diketahui. Proses demikian merupakan karakteristik proses berpikir kritis.
Dengan demikian, selain kemampuan berpikir kreatif, aktivitas keberhasilan
pemecahan masalah juga mempersyaratkan kemampuan berpikir kritis. Menurut
Harris (1998), kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan
kemampuan esensial dalam aktivitas pemecahan masalah. Bahkan lebih jauh ia
menyatakan bahwa kedua kemampuan ini juga merupakan kemampuan esensial untuk
sukses dalam dunia atau kehidupan kerja.
Menurut Harris (1998), berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen
logis, mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan memfokuskan
pada jawaban yang paling tepat. Sedangkan berpikir kreatif memfokuskan pada
eksplorasi 10 berbagai ide, memperhatikan kemungkinan-kemungkinan, menghasilkan
berbagai alternatif jawaban dari pada hanya memfokuskan pada satu jawaban.
Berpikir kritis
dan berpikir
kreatif merupakan dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan
saling bergantian perannya dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika
menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang masalah dari berbagai
perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah, dan
mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Sedangkan
kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan,
dan memilih di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan
untuk selanjutnya di implementasikan, dan akhirnya mengevaluasi efektivitas
solusi tersebut.
Sebagaimana dikemukakan di depan, kemampuan berpikir kreatif tidak
berkembang dalam ruang hampa, melainkan memerlukan daya dukung lingkungan. Daya
dukung lingkungan tersebut menurut Isaksen (Alexander, 2007) dapat berupakonteks,
tempat, situasi, iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung
tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan masalah. Hal
ini sesuai dengan pendapat McIntosh (2000) bahwa pemecahan masalah dapat
dipandang atau berperan sebagai konteks. Pentingnya pemecahan masalah dalam
pengembangan kemampuan berpikir kreatif juga dikemukakan Robinson (McGregor,
2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif memerlukan aktivitas (doing
something). Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas pemecahan
masalah. Menurut Alexander (2007), aktivitas pemecahan masalah yang dirancang
dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan
berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaska noleh Pehnoken
(1997) bahwa aktivitas pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan
kognitif umum yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif.
Pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut pemecahan masalah
kreatif (Creative Problem Solving). Proses pemecahan masalah
kreatif (CPS)dikembangkan oleh Isaksen, Dorval, dan Treffinger
(Hwang et al, 2007) yang terdiri atas 4 langkah, yaitu :
1. memahami
masalah, yang mempunyai tiga tahapan, yaitu:
mengekspresikan
atau mengidentifikasi masalah,
mengeksplorasi
data, yaitu menginvestigasi latar belakang masalah; dan
membuat
kerangka masalah, yaitu mengidentifikasi masalah secara eksplisit,
2. membangun atau
menghasilkan ide-ide, yaitu mengumpulkan dan mengembangkan berbagai ide yang
relevan;
3. mempersiapkan
tindakan atau aksi, yaitu mengembangkan penerimaan atau dukungan, yaitu mengidentifiksi secara
detail langkah-langkah solusi; dan
4.
merencanakan pendekatan mempunyai dua tahapan, yaitu
penilaian atau penaksiran tugas, yaitu menilai kesesuaian metode dan mendesain
proses, yaitu menyempurnakan metode solusi secara detail. Osborn (Hwang et
al, 2007) juga memberikan 4 panduan bagi guru terkait kegiatan pemecahan
masalah kreatif, yaitu mendorong munculnya banyak ide, menerima ide-ide yang
tampak asing, mengembangkan ide-ide, tetapi tidak secara langsung
mengkritisinya ketika siswa mempresentasikannya.
Meskipun aktivitas pemecahan masalah berfungsi sebagai konteks dan wahana
bagi tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah
belum tentu mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock
(Mann,2005), dengan menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui,
individu dapat secara sistematis menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu
kreatif karena tidak mengeksplorasi dan mengelaborasi pemahamannya.
Komentar
Posting Komentar